fbpx

Membangun Industri Animasi di Negeri Penuh Imajinasi

Membangun Industri Animasi di Negeri Penuh Imajinasi

Prolog

Bonbiners mungkin masih ingat, masa kecil kita dihiasi dengan berbagai macam film animasi yang menyenangkan, mulai dari Jepang, Eropa hingga Amerika. Peta dunia animasi saat ini pun mulai beragam, Korea Selatan dan Malaysia menambah keanekaragaman film animasi di Indonesia.

Sumber: Dragon Ball, Akira Toriyama/Bird Studio

Dengan total populasi sebanyak 240 juta jiwa, Indonesia menjadi target yang sangat menarik untuk industri animasi. Pertanyaan yang cukup menggelitik adalah, dengan begitu banyak jumlah populasi dan kekayaan cerita rakyat, mengapa kita tidak bisa menjadi “raja” di negeri sendiri?

Kenapa Industri Animasi Indonesia Bisa Kalah?

Untuk menjawab pertanyaan di atas, tentu akan banyak jawaban yang kita bisa gali, mulai dari segi kualitas animasi, cerita, hingga jumlah animator. Tetapi, penulis tertarik untuk mengangkat sisi lemahnya ekosistem dunia animasi Indonesia.

Dunia animasi terasa menyenangkan untuk digeluti, tetapi sebetulnya memiliki sebuah kompleksitas yang luar biasa. Karena sangat kompleks, maka kita harus membangun ekosistem di industri animasi agar animasi menjadi “raja” di negeri sendiri

Bagaimana Cara Membangun Industri Animasi?

Untuk membuat sebuah ekosistem yang  berkelanjutan, kurang lebih ada 5 pilar yang harus dibangun, yaitu:

  1. Investor

    Sumber: Investor Source, Envato

Di dunia animasi Indonesia, investor merupakan elemen fundamental yang masih tergolong langka. Belum banyak investor yang berani untuk terjun ke dunia animasi. 

Biasanya kreator menggunakan uang pribadi atau perputaran uang di studionya untuk menciptakan sebuah karya. 

Kekurangannya adalah  karya yang dihasilkan belum bisa  bersaing dengan karya dari luar negeri. Karena adanya perbedaan jumlah modal dan banyaknya pekerja yang mengerjakan karya tersebut. 

Sedangkan karya animasi sangat dipengaruhi oleh banyaknya jumlah dan kualitas tim yang mengerjakan.

Seperti halnya di dunia start-up, mungkin indonesia bisa mencoba membuat sistem inkubasi untuk animasi, dimana kreator diajarkan untuk membuat pitch bible, konsep bisnis, dlll. Inkubator juga dapat mempertemukan antara kreator dan investor.

  1. Kreator
Sumber: Tim Ricis Adventure, Bonbin Studio

Kreator adalah seseorang atau perusahaan yang mempunyai ide tentang cerita dan hak cipta animasi tersebut. Kreator berfungsi untuk membuat sebuah konsep animasi, yang dapat berwujud menjadi cerita dan atau konsep visual.

Perkembangan industri digital membuat Indonesia memiliki banyak potensi kreator yang dapat membangkitakan industri animasi. Sebut saja Little Giant dengan Nussa dan Rara, Pionicon  dengan Si Juki, serta Bonbin Studio dengan Tim Ricis Adventure.

Gelombang kreator ini harus terus bertumbuh dan berevolusi secara karya, tidak boleh cepat puas dan terus memperbaiki kualitas animasi dan konsep bisnisnya.

  1. Production House
Sumber: Production Activity, Bonbin Studio

Seperti disebutkan di atas, sebuah produk animasi adalah sesuatu yang sangat kompleks, Setelah konsep sebuah film animasi sudah selesai proses selanjutnya adalah menyerahkan ke tempat produksi agar segera diproduksi

Di dalam sebuah produksi animasi 2D biasanya terdiri dari pipeline: key frame, in between, coloring, compositing dan editing.

Sebuah produksi animasi biasanya dikelola oleh sebuah studio besar, atau dipecah ke beberapa studio kecil yang dikoordinir oleh satu studio yang akan bertanggung jawab sebagai koordinator.

Di Indonesia contohnya, ada Kumata yang memproduksi Si Juki, Base Animation memproduksi beberapa serial Disney, atau Afterlab yang terlibat di beberapa produksi Marvel.

  1. Distributor
Sumber: Envato

Salah satu peran penting di dunia animasi dan masih tergolong langka di Indonesia  adalah distributor film.

Distributor film adalah sebuah perusahaan atau lembaga yang bergerak untuk mendistribusikan film-film yang sudah selesai. Mereka yang akan memikirkan dan merencanakan agar sebuah film dapat beredar di masyarakat dalam bentuk apapun.

  1. Institusi Pendidikan
Sumber: Training Activity, Bonbin Studio

Institusi pendidikan adalah kunci sebuah regenerasi dan peningkatan kualitas animasi di Indonesia. Di Indonesia , jenjang pendidikan di dunia animasi bisa dimulai dari SMK hingga Perguruan Tinggi Negeri (PTN).

Institusi pendidikan dan industri harus saling bersinergi agar dapat saling melengkapi. Dari sisi industri bisa mendapatkan tenaga bantuan tambahan, dan dari sisi institusi pendidikan dapat mengetahui apa yang industri animasi butuhkan,

Yaitu pipeline industri, software yang dipakai di industri, serta kesempatan untuk terlibat di dalam dunia profesional.

Kesimpulan

Sumber: Envato

Membangun sebuah ekosistem bukanlah proses yang instan. Dibutuhkan waktu, energi dan usaha yang masif serta konsisten.

Contoh seperti yang dilakukan oleh Jepang, Amerika, dan Korea Selatan dalam membangun industri animasinya.

Karena animasi adalah sebuah industri pembuka gerbang industri kreatif lainnya, pada saat sebuah produk animasi sudah terkenal maka dia akan mengembangkan ke industri game, merchandise, komik, dll.

Membangun mimpi memang menyakitkan tetapi itu harus dilakukan agar karya Indonesia bisa mendunia.

Agar ekonomi Indonesia bisa bangkit, agar banyak tenaga kerja yang terserap, dan agar Indonesia menjadi negara maju di dunia kreatif.

Di waktu yang lampau seorang Proklamator Indonesia pernah berkata seperti ini:

“Kami menggoyangkan langit, menggempakan darat, dan menggelorakan samudera agar tidak jadi bangsa yang hidup hanya dari 2 ½ sen sehari. Bangsa yang kerja keras, bukan bangsa tempe, bukan bangsa kuli. Bangsa yang rela menderita demi pembelian cita-cita”

Mari kita resapi semangat perkataan tersebut, mari menjadi bangsa yang besar, bangsa yang rela menderita demi pembelian cita cita.

Desain: Nida Nabila Khairunnisa | Ilustrasi: Angelina Chandra Putri
Print Email

Comment

Be the first one who leave the comment.

Leave a Reply